Senin, 17 September 2007

Puasa: Refleksi Ungkapan Keimanan

"Hai orang-orang yang beriman
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertaqwa" (Al Baqarah. 183)

Bulan penuh keberkatan telah datang kita sambut dengan penuh antusias, bulan yang menjadi titik awal untuk mendaki puncak keimanankehadirat Allahw SWT . Tidak ada kata-kata yang tepat untuk melukiskan bahwa bulan yang penuh magfirah itu mempunyai keistimewaan. Ketika kita bertekat bulatuntuk menjalankan syariat-syariat Islam dengan menjalankannya penuh ikhlas ,semua kewajiban-kewjiban maka kita dihadapkan kepada upaya-upaya untuk memberangus sifat-sifat yang anti keimanan.
Datangnya bulan Ramadhan bukan saja untuk menjalankan ritual-ritual keagamaan An Sich,
tetapi merupakan refleksi upaya sadar manusia untuk meyadari khakekatnya sebagai makhluk Allah SWT , dengan datangnya bulan Ramadhan maka kita di ingatkan untuk mendudukkan fungsi kita sebagi khalifah agar tidak melenceng dari skenario hakekat penciptaan manusia.
Upaya sadar manusia untuk mendapatlkan fungsiu jati diri manusia sebagai insan dan pengabdi tidak bisa lepas dari ketaatan untuk menjalankan semua perintah-perintah Allah SWT. Pada malam pertama dia datang kita dibagunkan dari tidur yang panjang dan terjaga bahwa kita masih diberi kesempatan lagi untuk meningkatkan keimanan kita didbulan Ramadhan. Ketika beduk tanda imsak ditabuh maka pada saat itulah telah dimulai suatu perjuangan besar menuju medan pertempuran yang lawannya lebih berat dari musuh yang mempunyai pasukan kavaleri yang hebat yaitu diri kita sendiri. Melawan diri kita sendirikita dituntut untuk menundukan hawea nafsu yang dapat membatalkan puasa . Puasa bukan hanya sekedar mengustirahatkan fungsi pencernaan tetapi lebih dari itu merupakan suatu bentuk ungkapan dasar keimanan.
Apabila kita mengacyu kepada Al-Baqarah ayat 183 yang dikutip diatas, maka sebenarnya ibasdah puasa ytelah dijanlankan oleh ummat terdahulu karena itu perintah puasa adalah wajib yang berarti dapat bersifat given tetap dan tidak akan berubah atau fundamental dan universal.
Refleksi ke Imanan
Puasa sebagi bentuk ungkapan dasar keimanan dapat berarti berfungsi untuk memantapkan keimaman karena sebagai manusia disadari atau tidak kita sadari, kita kadangkala cenderung terjadinya pasang-surut keimanan kita yang dapat mempengaruhi ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Bulan Ramadhan bulan yang didalammnya diturunkan Al-Quran, oleh krena itu rfleksi keimamn kita disegarkan kembali krena dengan mengingtkan kembali kepada petunjuk kita dalam menjalankan semua perintah Allah SWT , maka ke imaman menuju ketaqwaan yang sempurna dapat kita capai. Ungkapan dasar keimamnan itu dapat kita rfelesikan dengan menjalankan puasadengan menahan diri dari dorongan nafsuHawaniah seperti nafsumakan dan seksdengan mengendalikandan mengaturnyasehingga terhindar dari keinguinan-keinginan subjektif sesaat yang dapar merusak ibadah puasa, oleh karena itupembinaan terhafdap kualitas kita sebagai insan yang kahlifatulllah sehingga misi manusia sebgai penyembah Allah SWT , yang ikhlas (mukhlissin lahuddin), sebagimana frman Allah.
"Tidakkah kamu diperintahkan kecuali untuk meyembah Allah yang ikhlas didalam agamanya (Q.S.Al-Bayinnah: 5).
Jadidari ayat ini pada dasarnya manusia itu adalah mahkluk beragama dan bertuhan, sehinhgga kalau terjadi penyimpanganberagama dabn ber-Tuhan,sehingga jkalau terjadi penyimpangan adalah karena pengaruh intervensi kehadirannya dimuka bumi. Maka dari ituupaya yang dilakukan dapat berarti iupaya pernyadaran kembali kita sebagai Khalifahtullah,dengan predikat ini maka Allah memberikan kencederunagn perbuatan-perbuatan baik (hanief) yang dapat meberikan doronagn bagi manusia untuk meyadari dirinya sebagai hamba Allah SWT, yang mnegacu kepada petunjuk-petunjuk yang benar yaitu Al-Quraan dan Hadist, oleh karena itu tidak ada aalasan bagi manusia untuk mengakui bahwa puasa itu membraratkan hanya orang-ornag yang menyonmpanglah yang mengganggap puasa itu hanya berlapar-lapar saja.
Ungkapan dasar keimananini akan tercermin dari tingkah laku kita untuk menjalani puasa tanpa beban tetapi dengan kekhususan yang tawaduk dengan harapan agar ibadah puasa kita dapat menjadi semacam wujud pangabdian kepada Allah SWT. selama kita melaksanakan ibadah puasa maka darim itu hendaknya tetap mawas diridengan melipatgandakan amalan-amalan puasa dan melakukan intropeksi agar kita tetap menjadi hambanya yang bertaqwa.
Ibadah puasa dalah ibadah khusussiah kepada Allah SWT , maka dari itu hanya kita dan Allah SWT yang tahu apakah kita benar-benar menjalankan ibadah puasa atau hanya sekedar mengikuti -ritual-ritual formal semata , karena kekhusussannya itulah maka ibadah puasa mempunyai keistimewaan. Perlawanan-perlawanan terhadap nafsu angkara murka terasa merupakan perjuangan yang tidak bisa lepas dari fungsi kita sabagi makhluk Allah , untuk mencapai predikat ketaqwaan kepada Allah, hanya Allah yang tahu hambanya yang paling bertaqwa. Didalam bulan Rmadhan kita dituntut untuk berlomba-lomba didalam kebaikan "maka berlomba-lombalah kamu didalam kebajiakan (Q.S. AL-Baqarah: 148), dengan menumbuhkan semangat berkompetisi untuk mengerjakan kebaikan yang tentu sajai diridhoi oleh Allah, yang merupakan suatu prinsif fastabiqul khairat, dalam prinsif ini kita dituntut untuk selalu getol berbuat kebaikan , baik itu ibadah kepada Allah maupun ibadah yang bersifat muamalah, sosial kemasyarakatan.
Sebagai cerminan rasa ketaqwaan kepada Allah SWT , maka ibadah puasa menempatkan diri manusia pasa posisi yang mengariskannya untuk senantiasa memepegaruhi imannya agar tetap senantisa mengacu kepada kitabullah dan Sunnnatulah Rasullah, karena eksistensi Allah SWT adalah satus-satunya wujud kebenaran mutlak dari adanya esensi alam semesta ini, oleh karena itu datangnya bulan Ramadhan dan pelaksaan ibadah puasa dapat menyegarkan kembali suasana kebaharauan hatinurani keimaman kita kepda Allah SWT, dan semua itu tidak terlepas dari keinginan manusia untuk berupaya menjadi hamba yang baik menuju derajatm keimaman yang tinggi. Puasa sebagai suatu bentuk penggojlokan iman kita sehingga kita dapat lahir kembali menjadi fitrah yang suci melalui perjuangan yang maha hebat dan berat, beratnya perjuangan itu akan mendapat ganjaran sesuai dengan amal dan perbuatan kita selalma sebulan penuh menjalakan ibadah pusa yang pada gilirannya nanti menuju kepada insan kamil , sehingga terbangulah suatu bentuk ummat yang baik menuju keridhoanNya.(bersambung)

Proyeksi Iman
Bulan Ramadhan adalah juga merupakan bulan yang menempatkan manusia pada posisi kehambaan untuk senantiasa memproyeksikan iman dan amalannya kearah posisi yang lebih baikdari bulan Ramadhan yang sebelumnya. Proyeksi iman tersebut haruslah dilandasi oleh kesebaran didalam menaatisemua perintah-perintah Allah SWT, menjauhi semua larangannya. Didalam memeproyeksikan iman kita haruslah dibekali diri kita dengan sifat sabar dan tawakal, selam kita dihadapkan kepada cobaan dan musibahdan menjadikan shalatsebagai penolong kita, sebagimana firman Allah "Jadikanalah sabar dan shalat sebagai penolongmu kecuali bagi orang-orang yang khusuk" (Q.S.Al-baqarah:45).
Kesabaran tentunya akan sempurna apabila kita menyadari bahawa semua itu adalah kehendaknya, kita tidak boleh menggapnya bahwa ada semacam ketidakadilan yang kita terima, tetapi semua itu mertupakan suatu ikhtiar untuk lebih meningkatkan lagi keimanan kita dan dengan sendirinya terpancar dari tindakan yang dilandasi oleh ajaran kebenaran dalam Al-Quran. Apabila selama sebulan penuh kita dapat menghalau semua godaan-godaan tersebut maka Allah akan memberikan ganjaran yang sesuai dengan amalan-amanalan yang kita lakukan. Ibadah puasa akan selalu bermaknan dengan meningkatkan standar keimaman kita yang nantinya dapat diproyeksikan untuk lebih memantapkan keimamanan kita. Ibadah puasa merupakan rukun Islam yang selalu sarat dengan makan-maknna yang dalam bagi ummat Islam. Dengan berpuasa boleh dikatakan ada semacam dorongan untuk berperilaku dan bersikapenuh keihklasan dengan demikian sebanarnya dengan kita berpuasa kita disadarkan kembali akan weksistensi kita sebgai hamabnay-Nya.
Kemamtapan iman yang terrepleksikan dalam semua kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT , untuk menempatkan posisi kehambaannya pada pijakan iman yang kuat dan semuanya sangat tergantung kepada manusia sebagai hambanya apapakah dia konsisten dengan segala perintah sang pencipta atau hanya sekedar untuk mengikuti ritual ibadah semata , oleh karena itu ibadah puasa dapat dikatakan sebagai proyeksi pemantapan iman menuju ketaqwaan kepada Allah SWT . Esensi dasar dari puasa adalah peningkatan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Kekuatan yang mendasari beribadah puasa adalah suatu keinginan untuk selalu meningkatakan kesempurnaan selaku hamba-Nya dengan penuh keikhlasan dan tawadu yang nantinya akan bermuara kepada pencapaian keridhaan Allah yang melindungi kita dan segala penolong hambanya. "Ikutilah Allah, Allahlah pelindingmu, dan Dia- lah sebaik-baik penolong" (Q.S. Ali Imran : 150). Dengan demikian pribadi muslim selalu diingkatkan bahwa kita harus selalu berusaha untuk konsisten dengan ketaatan kita. Gojlokkan puasa akan membuahkan hasil kepada pribadi-pribadi muslim menjadi insan atau manusia beriman dengan perjuangan iman yang optimal. Selama sebulan penuh kita mempersiapkan diri dan menjalankan ibadah sebagai motivasi dasar yang dilandasai karunia yang diharapakan manusia beriman , Sehingga kita selalu mendapatkan ampunan Maghfiroh dan Allah SWT. menuju ummat yang diberkati Allah. Insya Allah.
Akhirnya sebagi penutup:

Api itu telah datang
Sambut dan songsonglah
Memancarkan semagat Keimanan
Dia datang untuk orang yang mengharapkan
Demi Kemenangan dan Ampunan.......
Jangan kau tampik kedatangnganya
Hanya orang-orang yang terlelelap yang tak menyukainya
Tapi......
Jadikanlah dia bara api yang membakar
semangat
Bagai hambanya untuk beriman

Dia datang menggugah kita
Dia membangunkan tidurmu
Kesabaran yang sarat makna
menuju fitrah semangat bersuci

Kita jangan terhempas dipantai penyebar dosa.