Senin, 31 Desember 2007

Kemandirian Orpol dan Ormas Fenomena Kemapanan

Kemandirian dalam arti fungsi edukatif menjadipenting sebagai landasan fundamental untuk beranjak dewasa secara biologis dan psykis, lalu bagaimana dengan kemandirian orpol (organisasi politik) dan ormas (organisasi masyarkat), yang ada sekarang?
Dalam lingkup sistem suprastuktur dan infrastruktur kemandirian menjadi titik keberagaman yang berfokus pada satu jalur keberagaman tata orgaisatoris. Bahasa Pemerintah dalam memerjemahkan kemandirian cenderung dipopulerkan kearah sudut kepentingan politik dan stabilitas yang inheren pada suprasistem kenegaraan.
Pendidikan politik yang diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai strategi dan kebijaksanaan pembangunan poliitk pada PJP II , seharusnya lebih bersifat dialogis politis yang fleksibel dengan meminimalkan sudut kepentingan yang dominan, supaya susunannnya mendekati titik fokus agar bidikan yang diarahkan tidak terlalu jauh dari titik bidikan , dan jangan sampai menyinggung garis yang jauh dari titik bidikan, oleh karena itu , diperlukan keberanian untuk membuat pola yang lebih tegas.
Mmembaca fenomena diatas kemandian ormas dan orpol dan bentuk keorgaisasian yang beragam harus dilihat dengan realis sebagai bentuk ungkapan kemasyarakatan atau kemajemukan masyarakat dalam memgaktualisasikan diri untuk mencoba menjadi pilar penembus kebuntuan dan muncul kepermukaan sebagai fungsi dari titik singgungnya, maka dari itu diperlukan kemandirian.
Ada beberapa arlternatif komponen penting yang diperlukan untuk mencapai kemandirian:
a. Suprasistem yang mendukung kearah pengayoman yang bersifat normatif dan heterogen.
b. Indikator faktor pendukung lebih bersifat transfaran.
c. Aktualisasi dari program yang mengarah kepada arah yang konstruktif tanpa tekanan.
d. Keberanian untuk menembus birokrasi yang kaku dan tidak perlu.
e. Membuka kemudahan pada sistem alokasi pendanaan.
f. Memberikan peluang yang lebih besar pada orpol dan ormas untuk membuat kendali sistem
finansial.
g. Membuka keran indikator peluang kemandirian yang lebih luas.
Apabila komponen diatas tidak menjadi hala yang penting , maka fungsi kemandirian hanya sekedar pengawasan yang dikendalikan artinya dia mandiri karena direkayasa arah kemandiriannya. Untuk itu diperlukan buadaya keterbukaan karena budaya transfaran merupakan metafora yang tepat sebagai starting point, analisisnya seperti mendaki gunung demokrasi yang mengalir bersama waktu. (bersambung).

Tidak ada komentar: